Rabu, 22 Juli 2009

Watak Kita

watak yang dalam bahasa Inggris character bisa diartikan tabiat bawaan yang menjadi jatah seseorang. Watak bawaan sebagai produk original bilt in seseorang. Ia dihasilkan dari persilangan watak orang tuanya. Artnya watak seseorang tidak dapat dibentuk atau dikondisikan seperti main peran dalam sandiwara. Secara psokologis watak dapat dikondisikan sesuai aturan moral. Akan tetapi pengkondisian tersebut hanya bersifat sementara. Sehingga pada situasi tertentu akan kembali pada kondisi awal.

Watak sepertinya persoalan sepele. Padahal dialah yang paling sering berperan dalam segala tindakan manusia. Apabila ada seseorang yang selalu merasa paling benar dan paling pintar dalam segala urusan maka hal tersebut akan terjadi berulang-ulang tidak cukup sekali lalu seseorang tersebut menyadari. Di sinilah misteri watak manusia yang tidak dapat diukur oleh penampilan fisik manusia tersebut. Sehingga sampai saat ini belum ada klinik atau rumah sakit yang secara khusus mengobati atau memberi terapi terhadap 'penyakit' watak.

Watak akan tetap merajalela sepanjang manusia pemilik watak tidak berupaya memanajemen wataknya sebaik mungkin. Penegndalian watak dalam upaya memanaj dominasi watak bisa dilakukan dengan selalu mempelajari dan menganalisa watak yang dimiliki. Kalau kebetulan watak kita kaku atau kurang baik cobalah menekan setiap ada tekanan dari watak kita. Hal ini harus dilakukan berulang-ulang sampai kita benar-benar mampu mengendalikan watak kita.

Norma agama dan ilmu serta peradaban dapat dijadikan terapi unutk mengendalikan watak. Semakin kita menghayati norma agama yang kita anut, semakin luas ilmu pengetahuan kita juga semakin maju peradaban manusia seharusnya manusia semakin mampu mengendalikan atau bahkan kita mampu mengubah watak kita yang tida terpuji. tentu saja tidak begitu saja dapat dilakukan tanpa berniat secara tulus untuk mau berubah demi diri kita dan keindahan interaksi dengan sesama dan makhluk lain di muka bumi ini.

Hanya yang menjadi soal dan tetap menjadi persoalan manusia tidak pernah mau memahami apalagi menyadari kalau watak kita ternyata tidak terpuji. Bahkan terlalu bangga dengan tabiat kita. Sehingga tiak pernah ada upaya untuk selalu berusaha mengendalikan watak kita. Alhasil, akal dan otak kita yang menjadi mahkota dan pembeda kita dengan binatang tidak difungsikan sebagaimana fitrah kita sebagai makhluk yang diberi hak oleh Allah untuk berpikir. Celakanya kita selalu bersembunyi di balik slogan jawa bahwa watak tidak sama dengan watuk. Watuk (batuk) ada dan dapat diobati tetapi kalau watak tidak dapat diobati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar